Terungkap! Ini Hubungan Rahasia Antara Lulung Dengan Bos Preman Kalijodo

Hari Minggu (14/2/2016) mendadak jadi hari yang sibuk buat Daeng Azis, tokoh masyarakat paling disegani di Kalijodo.

Pagi harinya sejumlah pejabat Kepolisian dan pemerintahan di Jakarta Utara datang dengan pengawalan ketat ke Kalijodo dan menempel selebaran pemberitahuan soal pembongkaran.

Terungkap! Ini Hubungan Rahasia Antara Lulung Dengan Bos Preman Kalijodo
bos preman kalijodo @foto Warta Kota/Theo Yonathan Simon Laturiuw


Daeng Azis sama sekali tak diberitahu, begitu juga tokoh masyarakat setempat lainnya.

Siang harinya salah satu bangunan terbesar dan termegah di Kalijodo pun jadi ramai.

Bangunan itu berada di tengah Kalijodo, memiliki halaman parkir luas dan sebuah lapangan sepak takraw dimana Daeng Azis sering main.

Di malam hari, bangunan itu berubah jadi tempat hiburan malam. Tapi di siang hari, disitulah Daeng Azis nongkrong dan berkumpul dengan tokoh-tokoh Kalijodo.

Siang kemarin, diluar bangunan itu penuh dengan beberapa wartawan televisi dan portal online yang mau mewawancarainya

Tim Lipsus Kompas TV‎ kelihatan paling akrab dengan Daeng Azis. Bahkan mereka menyapa Azis dengan panggilan Kareng (sapaan untuk Raja di Sulawesi).

Tim itu memang sudah beberapa hari melakukan liputan secara terbuka di Kalijodo dengan ijin lebih dulu dari Daeng Azis.

“Kareng mau kemana,” teriak kameran Kompas TV saat melihat Daeng Azis sempat bergerak keluar dari gedung.

Daeng Azis cuma menunjuk sebuah bangunan sambil tersenyum, lalu masuk,‎ kemudian keluar lagi.

Selanjutnya Daeng Azis duduk-duduk di dalam bersama seorang mahasiswa asal Sulawesi yang sedang kuliah di Fakultas Hukum salah satu universitas swasta di Jakarta. Lelaki itu masih kerabatnya.

Selain itu ada beberapa tokoh lainnya, termasuk salah seorang Ketua RT di Kalijodo bernama Timan (68).

Dia kemudian sempat meladeni wawancara wartawan di teras bangunan.

Ucapannya sempat meledak saat seorang wartawan bertanya tentang premanisme di Kalijodo.

Daeng Azis menyebut itu pertanyaan tak berbobot, sebab di Kalijodo tak ada preman. Semuanya orang yang memiliki identitas dan pekerjaan yang ada di Kalijodo.

Wawancara dengan Daeng Azis memang bisa berubah kacau apabila ada pertanyaan yang membuat emosinya meninggi.

Wawancara bisa tak dilanjutkan karena. Daeng Azis kehilangan mood-nya.

Setelah wawancara itu, wartawan selanjutnya yang datang dan minta wawancara ditolak oleh Daeng Azis.

Dia kemudian sibuk memimpin rapat kecil bersama tokoh setempat dan pemilik tempat hiburan malam di teras yang sama.

Daeng Azis memakai topi khas Sulawesi saat memimpin rapat. Di tangannya melilit sebuah gelang emas, begitu juga di lehernya.

Saat rapat dimulai, salah satu orang kepercayaan Daeng Azis bernama Lusi mengajak wartawan duduk-duduk di sebuah kafe yang berada di depan bangunan megah yang sedang dipakai rapat itu.

Oleh Daeng Azis, Lusi memang dipercaya untuk mengurusi wartawan selama masa isu pembongkaran Kalijodo ini.

Makanya setiap wartawan yang hendak bicara dengan Daeng Azis, mesti melalui Lusi dulu, apabila wartawan itu memang tak punya siapa-siapa yang bisa mempertemukannya dengan Azis.

Sementara itu masih ada lagi wartawan dari beberapa televisi yang hendak mewawancarai Daeng Azis.

Mereka minta ijin ke Lusi, tapi kemudian ditolak setelah Daeng Azis tak mau menemuinya karena masih sibuk rapat.

Bukan cuma itu, Tokoh Tanahabang sekaligus Anggota DPRD DKI Jakarta, Lulung Lunggana juga sempat kedengaran menghubungi Lusi. Tak jelas apa yang Lulung inginkan, apakah hendak bertemu atau lainnya.

Tapi Lusi kemudian terdengar berujar ke Lulung bahwa Daeng sedang rapat dan belum bisa diganggu.

Lusi kemudian berjanji ke Haji Lulung akan segera memberitahu Daeng Azis setelah rapat selesai.

Petang harinya, masih ada sejumlah wartawan koran yang mau mewawancarai Daeng Azis, tapi tak melalui Lusi, tapi lewat salah satu aparat disana.

Daeng Azis kemudian menolak karena sudah malam. Dia kecapekan dan ingin pulang dulu ke rumahnya di Tangerang.

Begitulah kesibukan tokoh terbesar di Kalijodo di tengah-tengah suasana panas akibat rencana pembongkaran.

Sumber: tribunnews.com