Ibas Meminta Kader Yang Membelot Untuk Mundur

Ketua Komisi Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono atau sering di sapa Ibas mempersilakan kader Demokrat yang berbeda pandangan untuk mengundurkan diri atau menempuh jalan lain.

Ibas Meminta Kader Yang Membelot Untuk Mundur
Foto: Ibas Yudhoyono

Menanggapi hal tersebut Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengingatkan sejumlah kader Demokrat agar tak sembarangan bicara, menganjurkan agar ia mundur dari partai.

Partai Demokrat, kata dia, adalah milik Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bukan milik kader-kader tertentu.

Hal tersebut menanggapi kritik beberapa kader Demokrat terkait dukungan Ruhut terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada DKI 2017.

Pilihan Ruhut berbeda dengan keputusan partai yang mendukung Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.

"Partai bukan milik dia atau keluarga. Jangan dia sembarang ngomong, nanti statement dia diketawain kodoknya Pak Jokowi yang ada di Istana Bogor," kata Ruhut, saat dihubungi, Rabu (28/8/2016).

Ia menegaskan siap dipecat jika pilihannya dianggap mengganggu partai.

Selama ini, lanjut Ruhut, SBY bersikap demokratis dan tak pernah memaksanya untuk mendukung calon tertentu pada Pilkada DKI.

Ruhut pun meyakini, SBY sangat menyayangi dirinya dan mengetahui bahwa tak ada kader yang berkemampuan seperti dia di Demokrat.

"Kan aku sudah bilang, (kalau) aku salah, pecat. Itu saja. Kenapa enggak berani pecat aku? Ada apa?" ucap Ruhut.

"Dia (SBY) menghormati aku punya langkah, kok. Dia saja enggak ngomong (mundur)," lanjut dia.

Ibas sebelumnya mengatakan bahwa merupakan suatu kewajaran andaikata kader partai berbeda pendapat jika keputusan belum diambil oleh internal partai.

Namun, jika partai telah membuat keputusan, kata Ibas, kader harus bersatu dan berjuang bersama.
"Ketika keputusan berjenjang, akuntabel, dan transparan sudah diambil, maka sejak itulah semua kader harus berjuang bersama, bersatu untuk menyukseskan keputusan tersebut, begitulah etika politiknya," kata Ibas, melalui keterangan tertulis, Selasa (27/9/2016).

Ibas Meminta Kader Yang Membelot Untuk Mundur
Foto: Ruhut Sitompul


Salah satu kader yang berbeda pandangan itu adalah Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul.
Sejak awal, Ruhut menyatakan untuk mendukung petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.

Meski demikian, Ibas menyakini, kecintaan Ruhut pada Partai Demokrat tidak pernah pudar.
"Saya yakin kecintaan Saudara Ruhut yang telah berjuang dan menjadi bagian dalam membesarkan Partai Demokrat tidak pernah pudar pada partai yang disayanginya," ujar Ibas.

Di sisi lain Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman mengatakan, perbedaan pendapat di internal partai seharusnya disikapi secara bijaksana.

Menurut dia, di Partai Demokrat, perbedaan adalah hal biasa.

Ia menanggapi pernyataan Sekretaris Jenderal Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang meminta kader yang tak mendukung kebijakan partai untuk mundur.

Pada Pilkada DKI 2017, Demokrat bersama tiga partai berkoalisi mengusung Agus Harimurti Yudhyono-Sylviana Murni.

Ibas Meminta Kader Yang Membelot Untuk Mundur


Sementara, Hayono menyatakan dukungan kepada pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.

Hayono mengatakan, bukan kali ini saja ia memilih sikap berbeda terhadap kebijakan partai.

"Waktu itu saya di Pilkada DKI 2012 pilih Jokowi-Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) tapi partai pilih Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Di Pilpres 2014, saya pilih Jokowi-JK dan partai pilih Prabowo-Hatta. Enggak ada masalah waktu itu," kata Hayono, saat dihubungi, Rabu (28/9/2016).

Terkait perbedaan sikap ini, menurut Hayono, seharusnya alat kelengkapan partai yang berwenang memanggilnya agar ada dialog yang sehat.

Ia menyayangkan pernyataan Ibas yang menyarankan dirinya keluar dari Demokrat karena dianggap membelot.

"Semestinya tidak bisa seperti itu. Kalau saya hendak dikeluarkan, saya mau tahu dulu alasannya karena di partai kan semua ada mekanismenya. Tidak bisa langsung seperti itu," tutur Hayono.