Waduh, Gimana Ini Jokowi? Bule 'Bangun Indonesia' Malah Di Denda

Beredarnya foto anak sekolah dasar yang meniti jembatan gantung rusak tersebar di dunia.

Foto itu menggugah hati seorang warga negara Swiss, Toni Ruttimann untuk bertindak nyata.


Waduh, Gimana Ini Jokowi? Bule 'Bangun Indonesia' Malah Di Denda




Dia langsung terbang ke Indonesia dan membangun banyak jembatan.

Cara Irit Pererat Pertemanan dengan Jalan-Jalan

Setelah tiga tahun berjibaku bersama warga setempat membangun jembatan, beberapa waktu lalu Toni mengalami hambatan. Bahan-bahan baku jembatan, utamanya wirerope.

Lambatnya birokrasi membuat bahan itu tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok, kondisi ini menyebabkan pembengkakan biaya.

Total tagihan penyimpanan di Tanjung Priok hingga 19 September lalu mencapai Rp 84.036.410, angka ini dihitung sejak bahan baku itu tiba di pelabuhan pada 16 Juli lalu.

Namun, biaya tersebut dibebaskan oleh Bea Cukai.

Sementara, Toni dan timnya kesulitan untuk mendapatkan pengurangan/penghapusan tagihan denda demurrage, atau batas waktu penggunaan kontainer.

Ada tiga kontainer yang dipakai. Sayangnya, pihak pelayaran memberikan waktu lama untuk memenuhi permintaan itu, namun biaya dan denda terus meningkat.

Jembatan gantung buatan Toni Ruttiman 2016 Facebook.com/Imam B Prasodjo

Tagihan demmurage per tanggal 19 September 2016 adalah Rp 169.890.000, dan konfimasi terbaru tagihan demmurage per tanggal 26 September 2016 adalah Rp 195.650.000. Angka itu dinilai sangat berat oleh Toni.

“Saya yang ikut terlibat dan mengikuti betapa sulitnya mengurus proses administrasi import barang bantuan ini merasa kesal menghadapi birokrasi yang begitu ruwet dan lambat ini, walaupun untuk import barang bantuan sekalipun,” tulis Imam B Prasojo lewat akun Facebooknya, Jumat (7/10).

Usai mengunggah status tersebut, aksi yang dilakukan Toni menggugah netizen.

Banyak yang memberikan dukungan kepada Toni dan timnya. Hal itu ternyata sampai juga ke telinga pemerintah.

“Saya berterimakasih pada Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan juga segenap Dirjen, khususnya Dirjen Bea Cukai dan Dirjen Bina Marga yang telah secara khusus membantu mempercepat proses ini. Saya juga berterima kasih atas dukungan semua sahabat yang peduli terhadap masalah ini sehingga kasus ini menjadi perhatian bersama guna dijadikan sebagai bahan perbaikan ke depan,” tulisnya lagi.

Jembatan gantung buatan Toni Ruttiman 2016 Facebook.com/Imam B Prasodjo

Ternyata, keterlambatan itu terjadi karena telah terjadi mutasi jabatan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat selaku penerima hibah.

Mutasi itu terjadi hanya beberapa hari sebelum bahan-bahan tersebut tiba di Indonesia.

“Sayang petugas dari kementerian terkait yang biasanya membantu mengurus proses rumit ini mengalami rotasi penugasan (ditempatkan di tempat lain). Masalah menjadi lebih sulit diatasi karena (terus terang) ada pejabat baru dari kementerian terkait mempersulit proses ini dengan menolak menandatangani dokumen yang dibutuhkan (tidak seperti pejabat sebelumnya yang memperlancar jalannya proses perizinan). Untung lah masalah ini segera dapat diatasi dengan turun tangannya para dirjen kementerian terkait yang mengambil alih proses yang terjadi di bawah,” paparnya.

Setelah melakukan negosiasi dan berbagai macam upaya, akhirnya biaya demurrage dibiayai penuh oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Pemerintah juga akan mengganti uang pribadi yang dikeluarkan Toni untuk menalangi biaya demurrage dan lain lain ke perusahaan pelayaran.

“Tanpa uang tombokan dari Toni Ruttiman, sumbangan wirerope tak dapat dikeluarkan. Bila peti kemas berlama-lama numpuk di Tanjung Priok, biaya akan terus membubung dan akan semakin memberatkan.”

“Sosok Toni Ruttimann bagi saya memang menjadi sumber inspirasi di tengah kemarau kebaikan di negeri kita.”