Kisah Ana Amalia, wanita asal Pangandaran, yang dijodohkan dengan pria yang usianya 35 tahun lebih tua sempat menjadi perbicangan warganet. Sejumlah netizen menilai pernikahan itu hanya settingan.
Sebab, setelahnya justru bermunculan unggahan video Ana menjelaskan kisahnya itu di channel YouTubenya.
Melalui video, Ana sempat menjelaskan, awal mula perjodohan tersebut. Hingga akhirnya, ia menerima dengan lapang dada pernikahan itu.
Bahkan, ia menyebutkan, nikah dengan usia yang terpaut usia 35 tahun itu anugrah.
Ana menceritakan kembali kenangan perjodohan tersebut. Kini, ia dan suaminya telah menjalani bahtera rumah tangga hampir dua tahun.
Ia dijodohkan dengan Emen Hidayat setelah beberapa bulan lulus kuliah dari sebuah kampus di Ciamis, Jabar. Ia kemudian merantau menjadi guru di Jakarta dengan bekal gelar sarjananya.
Hampir 3 bulan ia bekerja di Jakarta.
"Kalau kejadiannya (perjodohan) 13 Desember 2018 dan memang pada awalnya saya sama suami tidak ada niat untuk menikah," ujar Ana Senin (22/6).
Pada hari itu, keluarga Ana menyampaikan perihal perjodohan tersebut melalui telepon. Ia kemudian pulang ke rumahnya yang berlokasi di Jayasari, Langkap Lancar, Pangandaran, Jabar.
Ana tak menjelaskan lebih lanjut alasan perjodohan dari keluarganya itu. Ia masih merasakan perjodohan itu sebagai pergolakan batin.
Ia juga sempat menyebut, Emen tak memaksa perjodohan tersebut untuk dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Kepada Ana, Emen takut pernikahan itu menjadi beban karena usianya yang terpaut jauh.
Dua minggu setelah dijodohkan tersebut, ia dan Emen akhirnya menikah. Tak ada pesta pernikahan. Hanya ijab kabul. Bahkan foto-foto pun tak ada.
"Saya nangis (di hari pernikahan), tidak ada foto perayaan nikah, hanya ijab kabul," kenangnya.
Di masa awal pernikahan, ia mengaku tak sejalan dengan suaminya. Terlebih banyak cibiran dari tetangga yang kerap disebut 'bapak-anak' atau 'cucu-kakek'. Akan tetapi, ia merasa bahan ejekan itu hanya pembicaraan sesaat.
Ia juga membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk beradaptasi dengan Emen. Lalu menerimanya sebagai anugrah dari Allah.
"Tapi seiring berjalannya waktu hilangnya keegoisan, kami sudah takdir (menikah)," tambahnya.
Selain itu, Ana juga harus berhadapan dengan keluarga Emen. Awalnya, sempat ada penolakan dari keluarga suaminya.
Sebab, Emen memiliki dua orang anak dan salah satunya usianya hampir sama dengan Ana.
"Pada awalnya semua tidak mudah secara natural, saya pahami walaupun usia kami (Ana dan anak Emen) hampir sama, sekarang sebagai ibunya saya mendekatkan diri," tambahnya.
Ia menambahkan, perjodohan tersebut juga tak menghambat kariernya sebagai guru Bahasa Inggris. Meski begitu, ia sempat berhenti mengajar di Ciamis karena lokasi yang jauh di rumahnya.
Kini, ia mengajar untuk rumah bimbingan belajar (bimbel) sendiri yang dilakukan secara daring. Ia menyebut, ada muridnya yang berasal dari luar negeri seperti Jepang dan Dubai.
Suami Ana merupakan seorang petani di desanya. Pada saat menikahi Ana ia masih berumur 58 tahun.
Ia merupakan seorang duda yang ditinggal mati istrinya. Ia memiliki dua orang anak. Emen sempat menjadi kepala desa di daerah di Pangandaran.