Sediakan Bahu dan Dadamu Untuk Merebahkan Tubuh Istri

Sediakan Bahu dan Dadamu Untuk Merebahkan Tubuh Istri


Kunci membahagiakan istri menurut kaum hawa, ada yang pernah bilang “ jika ingin membahagiakan wanita, itu mudah sekali. Ada empat kunci membahagiakan wanita itu ada empat, pertama kunci rumah yang bagus, kunci mobil yang mewah, ketika kunci berangkas, dan terlahir adalah kunci ATM”.

Memang tidak salah, sih. Tetapi, empat kunci khusus wanita dunia yang hanya bisa diajak bersenang-senang urusan duniawi, bukan wanita surgawi.

Namun, perlu diketahui bawa wanita itu paling suka dipuji nan di-manja. Itulah karakter wanita yang sesungguhnya, sejak tercipta hingga masa now, tetap saja tidak berubah. Apalagi ketika pujian berasal dari orang yang dicintainya, rasa bahagia akan menyelimuti nya. Ketika pujian muncul “kamu cantik deh, kamu itu ngerti banget ama aku “. Waw,,,,,seketika itu penampilannya menjadi berseri-seri, senyumnya renyah sekali, dan raut mukanya seperti bidadari yang akan menyambut penghuni surga.

Tentu saja, pujian itu disampaikan pada Momentum yang tepat, seperti; pas ulang tahun, ketika mendapatkan prestasi. Jangan sampai, ketika memuji saatnya tidak tepat, sehingga pujian itu menjadi blunder sendiri, seperti; kamu itu cantik kayak temenku waktu aku kuliah dulu. Jangan pernah menyamakan pasangan dengan wanita lain. Setuju kan!

Ketika wanita itu menjadi pasangan kalian, sesungguhnya dia telah mengorbankan kesenangannya. Juga, mengorbankan keluarganya. Dimana kedua orangtuanya yang merawatnya bertahun-tahun harus berpisah.

Padahal, hatinya sangat mencintai dan menyayangi kedua orangtuanya. Tetapi, karena demi bakti kepada suami, wanita merelakan segalanya. Dia yakin seribu persen, bahwa berbakti kepada suami akan membuatnya bahagia dan masuk surga.

Surga (bahagia) atau sengsara (neraka) seorang wanita itu tergantung kepada suaminya. Setuju semua kan! Up, tunggu dulu. Wanita jaman Now, tidak mungkin setuju semua. Gpp nggak setuju. Karena tidak semua suami bisa menjadi panutan yang baik, tidak semua suami bertanggung jawab, tidak semua suami menyenangkan, tidak semua suami bisa menjadi teman yang baik ketika membangun keluarga.

Wahai kaum laki-laki, jangan sampai istri kalian menderita. Sudah terlalu banyak kerjaan, dan juga pengorbanan seorang wanita kepada kalian. Sejak pagi hingga malam hari kadang harus berjibaku dengan dunia dapur, sumur dan kasur. Mencuci baju, piring, ngepel lantai sudah menjadi kerjaan sehari-hari. Melahirkan, menyusui, merawat anak sudah menjadi ritual tahunan. Memasak, menyediakan makan dan minum setiap hari sudah menjadi budaya sehari-hari.

Lelah dan letih setiap hari. Kadang ketika dalam kondisi letih dan lelah. Bosan karena setiap hari melihat barang-barang dapur. Ketika suami datang, tiba-tiba minta dibuatkan kopi atau teh panas.

Pada saat yang sama suami juga ngotot agar kebutuhan birahinya dipenuhi. Seketika itu seorang istri ngomel kesana kemari, karena sudah tidak kuat lagi menahan derita selama berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Itu sih masih mendingan. Ada juga sosok suami yang sok paling nyunnah, dimana ketika istri menolak melayani, atau sang istri tidak mau dipoligami sang suami mengatakan “engkau tidak taat kepada suami, maka Malaikat-pun akan melaknatmu”. Engkau bukan wanita sholihah”. Kadang sang suami menceramahi istrinya dengan ratusan dalil-dalil, baik dari Al-Quran maupun sunnah Rosulullah SAW untuk melunakkan hati sang istri.

Barangkali suami model seperti ini tidak tahu, jika sang istri tidak butuh dalil. Saat itu sang istri sedang butuh pelukan, butuh rayuan, butuh pujian dan manjaan dari seorang suami. Sang istri sedang membutuhkan pundak dan bahu suami untuk sekedar merebahkan tubuhnya yang lemah, karena sudah berbulan-bulan kerja keras di dapur dan di sumur, serta merawat anak-anak.

Adakah, yang lebih nyaman dari tidur di pundak suaminya, adakah yang lebih sejuk dan bahagia melebihi seorang istri yang merebahkan tubuhnya di pangkuan dan lengan suaminya.

Tahukah kalian sosok sahabat yang kuat, gagah perkasa yang ditakuti lawan maupun kawan. Bukan saja manusia, bangsa Jin, Setan dan Iblis-pun takut ketika melihat bayang-bayang Umar Ibn Al-Khatab ra. Namun, bagi istrinya tidak demikian. Sang istri kadang membentak Umar Ibn Al-Khattab ra, tetapi sang Umar sebagai seorang pemimpin umat islam waktu itu tidak membantah, dan juga tidak marah kepada istrinya. Umar Ibn Al-Khattab ra, begitu memulyakan istrinya.

Dikisahkan oleh Syekh Muhammad Ali-Al-Shobuni, dimana waktu itu ada seorang laki-laki datang kepada Umar bin Khattab RA di Madinah Al-Munawarah.

Lelaki itu termasuk orang ndeso (kampung). Setiap hari, istrinya marah-marah melulu. Tidak hari tampa amarah di rumah lelaki tersebut. Dengan kata lain, salah meletakkan piring saja, marahnya habis-habisan.

Lelaki ini sangat pusing sekali melihat istrinya yang sangat pemarah. Ia-pun nekat pergi ke Kota Madinah, dengan harapan bisa bertemu dengan Umar Ibn Al-Khattab agar supaya bisa mencurahkan perihal istrinya yang pemarah. Lelaki ini melihat, hanya Umar Ibn Al-Khattab sang Khalifah yang bisa mencarikan solusi terbaik perihal kondisi keluarganya.

Diceritakan, setiap bertamu ke kediaman Amirul Mukminin, tidak pernah bertemu dengan Umar Ibn Al-Khattab.

Namun, lelaki ini tidak pernah merasa putus asa. Tujuannya cuma satu, bagaimana bisa menaklukkan hati istrinya, sehingga tidak menjadi istri yang pemarah setiap hari.

Suatu ketika, lelaki itu datang lagi kek kediaman Umar Ibn Al-Khattab ra di Madinah. Waktu itu tidak ada protokoler seperti sekarang ini.

Ketika sampai di depan kediaman Umar Ibn Al-Khttab ra, lelaki itu berdiri sejenak di depan pintu rumah. Rupanya sedang mendengarkan kejadian tidak lazim dari dalam rumah Umar Ibn Al-Khattab.

Rupanya, pada saat itu sang khalifah Umar Ibn Al-Khattab sedang mendapat amukan dan amarah dari istrinya. Sang istri sedang bersuara kerasa membenak Umar Ibn Khattab, rupanya sanga istri sedang membesar-besarkan masalah remeh temeh yang tidak begitu penting. Sang Amirul Mukminin Umar Ibb Al-Khattab tidak menimpali amarah istrinya, justru sifatnya sangat bijaksana kepada istrinya.

Mendengar nada istri Umar Ibn Al-Khattab tinggi dengan suara bentakan. Lelaki berbisik dalam hati sendiri “wong istri Umar Ibn Al-Khattab ra, pemimpin umat islam, sang Khalifah, yang disegani musuh-musuhnya, dan juga disungkani kawan-kawannya, bahkan setan saja takut kepadanya, ternyata istri tidak takut. Kemarahan istrinya jauh lebih parah dari pada istri saya”.

Saat itu juga, lelaki itu meng-urungkan niatnya untuk curhat seputar kondisi istrinya yang setiap hari-marah marah kepadanya. Saat kakinya akan meninggalkan rumah Umar Ibn Al-Khattab, tiba-tiba Umar Ibn Al-Khattab keluar rumah. Saat itu, Umar memanggil lelaki tersebut.

Wahai fulan, kemarilah engkau “apa keperluanmu?”

Lelaki itu kembali mendekati Umar Ibn Al-Khattab, laku berkata “Wahai, Amirul Mukminin, sesungguhnya aku datang dari tempat yang jauh ingin mengadukan perangai buruk istriku, dimana setiap hari istriku marah-marah. Kadang marah tanpa alasan yang jelas. Saya datang ke mari ini mendapatkan pencerahan dari engkau Wahai Amiral Mukmin, ternyata aku mendengar istrimu juga wanita yang pemarah”.

Umar-pun tersenyum usai mendengarkan laporan lelaki tersebut seputar perangai istrinya. Justru, Umar menasehati lelaki tersebut agar selalu sabar dan bijaksana ketika menjadi suami. Umar Ibn Al-Khattab berkata kepada pria itu “Wahai, saudaraku, aku tetap sabar menghadapi perbuatannya karena itu memang kewajibanku.”

Umar-pun justru menceritakan kepada lelaki tersebut jasa-jasa besar istri “Bagaimana aku bisa marah kepada istriku karena dialah yang mencuci bajuku, dialah yang memasak roti dan makananku, ia juga yang mengasuh anak-anakku, padahal semua itu bukanlah kewajibannya”.

Nasehat Umar Ibn Al-Khattab bagi par pria, agar tetap sabar menghadapi sifat dan perangai istrinya. Apalagi bulan puasa, dimana istri kadang bangun lebih dahulu, karena menyiapkan makan dan minum untuk anak dan suaminya.

Umar Ibn Al-Khattab menambahkan nasehat “ Karena istriku, aku merasa tenteram (untuk tidak berbuat dosa). Maka, aku harus mampu menahan diri terhadap perangainya.” Lelaki itu mendengarkan nasehat bijak dari Umar Ibn Al-Khattab sambil merenungi kondisi keluarganya selama ini. Kemudian lelaki itu berkata “Wahai, Amirul Mukminin, istriku juga demikian”. Umar-pun menambahkan “Hendaknya engkau mampu menahan diri karena yakinlah hal tersebut hanya sebentar saja”.

Ketika jaman sudah berubah, memasuki jaman Now, namun sifat wanita tetap saja tidak berubah, suka pujian dan pujaan. Nah, ketika istri kalian sedang marah-marah (sewot), jangan mengeluarkan ratusan dalil untuk melunakkan hatinya. Biarkan saja, tidak lama kemudian dia akan menjadi baik-baik saja.

Ketika sudah baik, maka ajaklah istri ke tempat yang menyenangkan, dan bagikan kepadanya makanan kesukaan, atau uang yang cukup kepadanya. Dan, jadikanlah bahu kalian tempat merebahkan tubuh istri kalian. Jadikan lengan dan dada kalian menjadi bantal empul yang empuk ketika sang istri akan berbaring. Seketika itu, sang istri akan kembali ceria, dan hatinya kembali berbunga-bunga.